BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Derasnya
arus globalisasi menyebabkan komunikasi dan informasi yang tidak mengenal batas, akibatnya munculah
pengaruh-pengaruh dari luar yang masuk begitu saja kedalam suatu negara. Salah
satunya Indonesia, yang sudah lama menerima arus globalisasi yang sangat
segnifikan dari negara luar khususnya negara Korea. Korea
( Korea Selatan) merupakan salah satu negara di Asia yang sekarang telah
mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat cepat. Kemajuan negara Korea
ini salah satunya adalah didukung oleh aspek kebudayaan Korea khususnya pada
dunia hiburan seperti perfilman, musik, dan fashion. Kebudayaan yang telah
diperlihatkan oleh Korea melalui dunia hiburan ini, kini telah banyak diikuti
oleh masyarakat dari berbagai negara tidak terkecuali Indonesia. Indonesia
adalah salah satu negara yang pada saat ini telah banyak menyukai, mengadopsi
serta meniru kebudayaan Korea. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat
Indonesia khususnya para remaja yang saat ini telah banyak meniru gaya hidup
Korea mulai dari baju, gaya rambut, dan bahasa dari Korea. Banyaknya remaja
yang saat ini membuat girlband dan boyband juga merupakan salah satu contoh
dari demam Korea yang telah melanda Indonesia. Tidak hanya industri musik dan
fashion Korea saja yang ditiru serta disukai oleh remaja, akan tetapi dunia
industri drama pun juga diminati oleh remaja di Indonesia.
Hal ini juga terjadi pada siswa SMAN 2 Madiun. Banyak
siswa SMAN 2 Madiun yang juga mengikuti, meniru dan menyukai drama Korea. Semua
itu terlihat dari banyaknya siswa SMAN 2 Madiun yang mengidolakan artis dan
aktor Korea serta menceritakan drama Korea yang telah dilihatnya itu kepada
temannya di sekolah, kemudian juga banyak siswa yang melihat serta mendownload
drama-drama Korea dari internet. Semua hal tersebut diatas adalah contoh-contoh
yang memperlihatkan bahwa siswa SMAN 2 Madiun ini telah mengalami hal yang
disebut dengan demam drama Korea. Kecintaan mahasiswa akan drama-drama Korea
ini dapat mempengaruhi sikap dan perilaku siswa SMAN 2 Madiun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai
berikut :
a)
Faktor – faktor apa yang melatar
belakangi munculnya fenomena drama Korea di Indonesia?
b)
Apa dampak negatif dan dampak positif dari
fenomena drama Korea?
c)
Bagaimana pengaruh fenomena drama Korea
terhadap perilaku siswa SMAN 2 Madiun tahun 2014?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan kami melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a) Untuk
mengetahui faktor yang melatarbelakangi munculnya fenomena drama Korea di
Indonesia.
b) Untuk
mengetahui dampak positif dan dampak Negatif dari fenomena drama Korea.
c) Untuk
mengetahui pengaruh fenomena drama Korea terhadap perilaku sosial siswa SMAN 2
Madiun.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini
adalah :
a. Penelitian
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca untuk memahami
apa itu fenomena Drama Korea sebagai budaya populer.
b. Sebagai salah satu sumber
informasi bagi penulis, insan perfilman Indonesia dan masyarakat tentang faktor
penyebab Drama Korea ngr-trend di Indonesia sehingga bisa menjadi salah satu
referensi dalam melestarikan budaya agar tetap dicintai para remaja.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pecinta drama Korea dan masyarakat
dalam menyikapi dan memilah drama Korea yang masuk ke Indonesia.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Penulis
menggunakan pendapat Weber yang menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu
perbuatan yang memilik arti subjektif bagi pelaku dan perbuatan tersebut
didorong oleh suatu tujuan serta didasari oleh suatu keinginan atau motivasi.
Pelaku individual mengarahkan kelakuannya kepada penetapan-penetapan atau
harapan-harapan tertentu yang berupa kebiasaan umum atau dituntut dengan tegas
atau bahkan dibekukan dengan undang undang. Menurut Weber perilaku sosial
terjadi apabila suatu perbuatan itu memiliki maksud subyektif dari tingkah laku
yang membuat individu memikirkan dan menunjukan suatu keseragaman yang kurang
lebih tetap. Weber membuat klasifikasi mengenai perilaku sosial atau tindakan
sosial menjadi 4 yaitu :
1. Kelakuan
yang diarahkan secara rasional kepada tercapainya suatu
tujuan. Dengan kata lain dapat dikatakan sebagai kesesuaian antara cara dan
tujuan. Contohnya Bekerja Keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup.
2. Kelakuan
yang berorientasi kepada nilai. Berkaitan dengan nilai – nilai
dasar dalam masyarakat, nilai disini seperti keindahan, kemerdekaan,
persaudaraan, dll. misalnya ketika kita melihat warga suatu negara yang berasal
dari berbagai kalangan berbaur bersama tanpa membeda-bedakan.
3. Kelakuan
yang menerima orientasi dari perasaan atau emosi atau Afektif .
Contohnya seperti orang yang melampiaskan nafsu mereka.
4. Kelakuan Tradisional bisa
dikatakan sebagai tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan
Rasional. Contohnya Berbagai macam upacara atau tradisi yang dimaksudkan
untuk melestarikan kebudayaan leluhur.
Imitasi
Imitasi
merupakan suatu tindakan meniru sikap, tingkah laku, atau penampilan orang
lain. Tindakan ini pertama kali dilakukan manusia di dalam keluarga dengan
meniru kebiasaan-kebiasaan anggota keluarga yang lain, terutama orang tuanya.
Imitasi akan terus berkembang ke lingkungan yang lebih luas, yaitu masyarakat.
Dewasa ini proses imitasi dalam masyarakat semakin cepat dengan berkembangnya
media masa, seperti televisi dan radio. Dalam interaksi sosial, imitasi dapat
bersifat positif, apabila mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang berlaku sehingga tercipta keselarasan dan keteraturan sosial.
Imitasi dalam sosiologi
Soerjono
Soekanto dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Ilmu Sosiologi menyatakan bahwa imitasi merupakan suatu tindakan
meniru orang lain. Imitasi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk seperti
gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, pola pikir, dan lain-lain.
Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif, apabila yang dicontoh itu adalah
perilaku-perilaku menyimpang. Akibatnya berbagai penyimpangan sosial terjadi di
masyarakat yang dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan sosial budaya. Imitasi
yang berlebihan dapat melemahkan bahkan mematikan daya kreativitas manusia.
Drama Korea
Dalam
Ministry of Culture, Sports and Tourism (Republic of Korea . 2010) Drama dan
film Korea menjadi penyebab mewabahnya virus Hallyu di
berbagai belahan dunia. Perusahaan TV Korea mengeluarkan biaya besar untuk
memproduksi drama dan beberapa diantaranya yang mencetak kesuksesan, diekspor
ke luar negeri. Drama televisi yang memicu Hallyu antara
lain, Winter Sonata, Dae Jang Geum, Stairway to
Heaven, Beautiful Days dan Hotelier.
Populernya
drama Korea di stasiun televisi Indonesia terjadi setelah drama negara Asia
lain seperti Taiwan dan Jepang diputar. Berbagai stasiun televisi Indonesia
mulai menayangkan drama produksi Korsel setelah RCTI yang mempelopori pemutaran
drama Endless Love (Autumn in My Heart). Sejak itulah remaja
Indonesia mulai terjangkit demam Korean Movie. Penulis
mengunakan pendapat Jodhi Yudono dalam bukunya yang
berjudul Demam Korea Sudah Menginfeksi Indonesia (2011) menyatakan
bahwa demam Drama Korea telah mendorong lahirnya sebuah
fenomena fanatisme dimana para pesohor dari negeri ginseng tersebut menjadi
kiblat dalam perilaku dan gaya hidup remaja dan generasi muda di Indonesia. Booming Korea
benar-benar telah merubah gaya hidup dan jadwal kegiatan anak dan remaja
sehari-hari di Indonesia.
2.2 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka atau kerangka pemikiran
di atas, maka penulis merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya apakah
hipotesis tersebut akan diterima atau ditolak oleh hasil penelitian, sebagai
berikut:
Ha
: Ada pengaruh dari fenomena Drama Korea terhadap Perilaku Siswa SMAN 2
Madiun tahun 2014.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di SMAN 2 Madiun. Penelitian
dilakukan pada bulan Februari 2014. Pemilihan lokasi penelitian di SMAN 2
Madiun dengan alasan karena peneliti merupakan bagian dari populasi sehingga lebih
efisien dalam hal waktu dan tempat.
3.2 Subjek Penelitian
Peneliti memilih subjek penelitian yakni siswa-siswi SMAN 2 Madiun.
Karena banyaknya siswa, peneliti menerapkan system purposive sampling dengan
memilih siswa yang suka menonton Drama Korea di SMAN 2 Madiun.
3.3
Data dan Sumber Data
Peneliti menggunakan
data kualitatif, yakni berupa data berbentuk narasi yang diperoleh dari subjek.
Sumber datanya adalah data primer, yakni data yang didapat langsung atau dari
sumber pertama seperti dalam penelitian ini berupa data yang dihasilkan dari
wawancara dengan perwakilan siswa yang terpilih.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan jenis
penelitian yang dipilih peneliti, yakni penelitian kausalitas, yang mengkaji
pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya, maka peneliti menggunakan
teknik wawancara dalam pengumpulan data. Wawancara dilakukan pada jam istirahat
dengan memberikan pertanyaan yang sama kepada semua subjek.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data yang digunakan peneliti yakni teknikm analisis data secara
kualitatif, menggunakan analisis non statistic dalam mengolah data.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Drama-drama
Korea yang paling di minati oleh siswa SMAN 2 Madiun diantaranya adalah Go
Family Book, The Heirs, BBF, Full House, Heart String, An Innocent Man, Love
Rain, City Hunter, Reply 1997, The Moon That Embrace The Sun, I Miss You,
Princess Hours, Master Sun, Wild Romance, Reply 1994, My Love From The Star, dan Dream High.
Alasan
mereka menyukai drama-drama tersebut karena dramanya mempunyai cerita yang
menarik dan tidak bertele-tele. Selain itu, drama Korea mempunya ciri khas
sendiri yaitu sesuai dengan yang diinginkan remaja (romantis). Para pemainnya
sangat profesional dalam berakting. Maka tak salah jika drama korea banyak yang
menyentuh hati para remaja. Selain itu, tata artistik drama Korea dengan
Indonesia sangat berbeda. Misalnya, tempat syuting drama Korea bervariasi tidak
terfokus terhadap satu tempat sehingga tidak membosankan para penggemarnya.
Sedangkan
aktor/aktris yang mereka sukai diantaranya
adalah Yoochun, Jessica Jung, Kim Sohyun,
Lee Minho, Park Sin Hye, Kim Tan, Kim Woo Bin, Jung Yong Hwa, Song Joongki,
Rain, Song Hye Kyu, Seo In Gook, Eun Ji, Jang Geun Suk. Alasan mereka
menggemari artis-artis Korea adalah karena artis-artis Korea memang memiliki
wajah yang cantik dan tampan.
Hal-hal
tersebut menyebabkan drama Korea nge-trend di Indonesia. selain itu, adanya
fanbase-fanbase korea yang sudah menjamur di Indonesia semakin membuat drama
Korea populer di Indonesia.
Populernya
drama Korea di Indonesia
tersebut membawa dampak positif dan dampak negatif. Diantaranya adalah :
a. Dampak
positif
·
Menambah wawasan agar tidak ketinggalan zaman
·
Menambah inspirasi untuk perfilman
Indonesia
·
Mengajarkan kita untuk mandiri
·
Hiburan
·
Sebagai wahana olahraga otak karena kita
bisa mengenal bahasa baru
b.Dampak negatif
·
Tidak menyukai produk dalam negeri
·
Mengikuti gaya / budaya Korea yang kadang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia
·
Membuat malas belajar
·
Kecandua akan produk Korea tersebut
·
Meniru adagan dan gaya hidup yang tidak baik
·
Lupa waktu
·
Banyak wanita
yang ingin terlihat cantik seperti artis Korea sehingga dimungkinkan untuk
melakukan operasi plastik
·
Menjadi lebih konsumtif karena mengoleksi hal-hal
tentang drama Korea
·
Mengetahui adegan
buruk. Missal : adegan kissing
4.2 Pembahasan
Pecandu drama Korea cenderung
berbeda dengan orang yang biasa saja. Seorang pecandu drama Korea seolah-olah selalu ditemani oleh bias
kesayangannya. Mereka
senang
membahas artis Korea sampai berita terupdate pun mereka tahu. Seolah-olah mereka sudah akrab
dengan biasnya. Bila drama Koreanya melow, maka hubungan sosialnya si penonton
cenderung mudah tersentuh
atau galau. Bila drama Korea yang dilihatnya penuh spirit,
semangat. Maka, si penonton menjadi lebih enerjik.
Selain
itu, pecandu drama Korea juga
melakukan imitasi terhadap artis Korea kesayangannya. ada yang
meniru gaya berbusana atau fashion Korea. Ada juga yang meniru gaya berbicara
artis Korea yang digemarinya. Pecinta Drama Korea cenderung lebih konsumtif
karena mereka mengeluarkan uangnya untuk mengoleksi barang-barang yang
berhubungan dengan drama korea (misal : CD, Majalah, dsb). Pecinta drama Korea
yang sangat fanatik dimungkinkan melakukan operasi plastik karena terlalu
terobsesi dengan artis Korea kesayangannya. Namun penggemar drama Korea tidak
semuanya begitu saja menerima mentah-mentah apa yang mereka tonton. sebagian
dari mereka ada yang hanya menjadikan drama Korea sekedar sebagai wahana hiburan
semata dan tidak meniru style yang ada pada drama Korea tersebut. Ada pula yang
bersifat selektif dengan memilah hal-hal yang sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia saja yang mereka terima dan tiru.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan disimpulkan bahwa tidak semua penggemar drama Korea perilakunya
terpengaruhi oleh drama yang ditontonnya tersebut. Yang pertama, para penggemar
drama Korea yang terpengaruh oleh drama Korea memiliki perilaku :
a)
Berimitasi dalam hal gaya bicara, gaya berbusana
terhadap artis Korea kesayangannya
b)
Menjadi lebih konsumtif karena mengoleksi
barang-barang yang berbau Korea.
c)
Terpengaruh situasi drama Korea yang ditontonnya. Jika
dramanya mellow, dia cenderung mudah tersentuh atau galau. Bila dramanya penuh
spirit, maka dia menjadi lebih enerjik.
Yang kedua, Para penggemar Drama Korea yang hanya
menjadikan drama Korea hanya sebagai wahana hiburan semata sehingga tidak
mempengaruhi pola perilakunya.
Dan yang terakhir adalah para penggemar drama Korea
yang bersifat selektif. mereka meniru hal – hal yang ada pada drama Korea yang
hanya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
5.2 Saran
5.2.1
Bagi siswa/remaja pecinta drama Korea, hendaknya
bersifat selektif terhadap drama Korea. Maksudnya mereka hanya meniru budaya dalam drama Korea yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
5.2.2
Bagi para orang tua yang anak-anaknya pecinta drama
Korea, hendaknya membimbing dan mengawasi anak –
anak mereka dalam menonton drama Korea. Jangan sampai anak – anak mereka berperilaku buruk karena menonton Drama
Korea. Misal : meniru adegan kissing, dsb.
5.2.3
Bagi industri perfilman Indonesia, hendaknya mengemas
film/drama yang mengandung nilai kebudayaan Indonesia dengan kemasan yang lebih
menarik agar film/drama Indonesia tidak kalah saing dengan drama Korea sehingga
kebudayaan Indonesia tetap eksis.
Daftar Pustaka
Yudono,
Jodhi., (2011), Demam
Korea Sudah Menginfeksi Indonesia.
http://kapanlagi.com. 2009. “ Boomingnya budaya korea di Indonesia.
Jakarta.
Tabloid Bintang
Indonesia. 2010. “ Mencontek budaya korea dan jepang “.Edisi 1017. Jakarta. PT.
Graha karya Berita.